HARI pertama menginjakkan kaki di kota Kuala Lumpur, Malaysia. Setelah setebelumnya mengitari beberapa kota di semenanjung Malaysia yakni Putra Jaya, Selangor, dan KLIA, kami pun tiba di Kota Kuala Lumpur menggunakan bus.
Untuk masuk ke Kota Kuala Lumpur ada beberapa angkutan yang bisa digunakan. Yakni melalui bus yang berangkat dari KLIA 1 atau dengan menggunakan train atau kereta. Jika menggunakan bus bisa ditempuh dengan jarak sekira 1,5 jam.
Sedangkan dengan menggunakan kereta hanya membutuhkan waktu tidak lebih dari satu jam. Namun tentunya, menggunakan kereta akan lebih mahal dibandingkan dengan menggunakan angkutan bus.
Begitu tiba di Kota Kuala Lumpur, saya kemudian menggunakan taksi khusus yang dipesan di stasiun untuk menuju ke hotel. Kebetulan tempat saya menginap yakni Citin Hotel yang berada di kawasan Masjid Jamee dan Masjid India. Jarak tempuh sekira 20 menit jika tidak ada macet di tengah jalan.
Kawasan Masjid Jamee memang kental dengan penduduk pendatang dari India. Suasana India sangat terasa di tempat ini dengan banyaknya masyarakat dengan ras India, Pakistan dan Bangladesh.
Namun, sebagian besar yang bermukim di kawasan ini adalah, masyarakat India Islam. Letak hotel kami beradadi tepat di samping Masjid India.
Kawasan ini juga dikenal dengan kawasan perbelanjaan murah. Untuk masuk ke hotel, kami melalui kios-kios pedagang di kanan kiri. Barang jualan di tempat ini lebih murah dibandingkan dengan kawasan lainnya. Ada banyak penjual pakaian, suvenir, perkakas handphone, tas, serta barang-barang lainnya dengan harga murah.
Di kawasan ini juga, dapat dengan mudah kita jumpai warung makanan murah. Mini market atau supermarket ada pula di tempat ini. Kawasan ini sebenarnya dikenal pula dengan kawasan penujualan teksil. Banyak penjual teksil dari India membuka usaha di tempat ini.
Tidak jauh dari kawasan Masjid India, kami berjalan kaki menuju ke Bangunan Sultan Abdul Samad yang berhadapan dengan Dataran Merdeka Kota Kuala Lumpur. Bangunan itu mengambil nama Sultan Abdul Samad, bersamaan dengan nama Sultan Selangor pada saat mulai dibangun pada tahun 1894.
Di depan gedung yang indah ini beberapa peristiwa sejarah berlangsung. Di sinilah bendera Union Jack terungkap pada tanggal 31 Agustus 1957 dan bendera Jalur Gemilang kibarkan. Peristiwa itu menunjukkan berakhirnya masa penjajahan menuju ke masa kemerdekaan.
Bangunan ini dikukuhkan sebagai Warisan Nasional dalam kategori Situs Warisan pada tahun 2007 oleh Departemen Warisan Nasional, Kesatuan, Budaya, Seni dan Perlaga Malaysia di bawah Undang-Undang 645.
Di kawasan ini terdapat banyak wisatawan yang berkunjung. Mereka ramai mengabadikan gambar gedung yang arsitekturnya unik dan besar tersebut. Tempat ini memang salah satu tujuan wisatawan yang senang dengan bangunan-bangunan bersejarah. Di kawasan ini juga kita bisa berfoto selfie dengan polisi yang berjaga.
Polisi-polisi di tempat ini sangat ramah dan kerap bersedia untuk berfoto bersama jika diminta oleh wisatawan. Termasuk berfoto dengan kendaraan motor kepolisian.
Dari kawasan ini, saya menuju ke menara kembar menggunakan mobil yang dipesan menggunakan aplikasi online. Hanya sekira 30 menit kami tiba di menarawa kembar atau twin towers tersebut.
Tempat ini memang menjadi tujuan utama wiasatawan yang ingin mengabadikan gambar menara kembar yang menjadi salah satu landmark dari Malaysia. Ibaratnya, jika tidak ketempat ini, belum lengkap rasanya kunjungan ke Malaysia.
Di depan menara kembar ini terdapat taman yang di tengahnya terdapat air mancur. Di tempat itulah lokasi yang cocok untuk bisa mengambil gambar dengan latar belakang menara kembar. Biasanya untuk mendapatkan gambar selfie dengan latar belakang menara kembar secara keseluruhan hingga puncak, harus menggunakan tambahan lensa cembung.
Banyak penjual lensa cembung di depan menara kembar. Mereka menawarkan lensa dengan harga bervariasi. Namun jika tidak ingin membeli lensa, masih ada pula jasa tukang foto yang gambarnya bisa langsung dicetak.
Tidak jauh beda dengan tambak belakang menara kembar, pemandangan nya pun sungguh indah. Untuk tampak belakang, ada danau buatan yang di tengahnya ada air mancur.
Sebenarnya, setiap pengunjung bisa naik ke atas menara kembar. Namun, saya tidak sempat untuk naik ke atas menara tersebut.
Sekadar diketahui, menara kembar Petronas adalah objek wisata unggulan di Kuala Lumpur, Malaysia. Adapun tingginya yakni 1.483 kaki (452 meter) dari dasar ke puncak. Arsitek asal Argentina César Pelli merancang gedung ini sebagai simbol Kuala Lumpur abad ke-21. Pembangunannya dimulai tahun 1992 dan selesai akhir 1997.
Perjalanan di hari pertama di Kota Kuala Lumpur cukup mengasyikkan. Banyak pengalaman yang bisa diambil dari tempat ini. Saya bersama mama berjalan-jalan di beberapa tempat. Menikmati kereta listrik dan berbagai fasilitas wisata lainnya.
Saat singgah makan malam di warung di sekitar kawasan Masjid India, kami sempat bertemu beberapa warung yang rata-rata penjualnya adalah keturunan Indonesia. Biasanya berasal dari Pulau Jawa.
Ada satu pengalaman penting yang diambil dari para pekerja asal jawa tersebut. Ia mengatakan, bahwa berapa pun pendapatan atau penghasilan yang diperoleh, jangan lupa untuk selalu menyisihkan rejeki untuk orang lain. Itulah yang membuat mereka banyak yang sukses dan berhasil mencari rejeki di Malaysia. (*)
Comments