INI pengalaman saya waktu ke Jakarta dan menumpang salah satu taksi online. Di sini saya tidak akan menyebutkan merk ataupun nama perusahaan taksi online yang saya tumpangi.
Melalui tulisan ini, saya ingin memberitahukan kepada perusahaan taksi online untuk lebih selektif dan memperbaiki sistemnya agar tidak terkesan “dirampok” oleh drivernya. Meski saya belum bisa mengkonfirmasi, apakah memang pihak taksi online tahu tentang hal tersebut.
Oke.. langsung saja..
Saat itu Sabtu 18 November 2017, saya baru saja tiba di Bandara Soekarno-Hatta Tangerang, setelah terbang dari Kota Makassar. Saya menumpang pesawat lion air dan tiba di terminal kedatangan 1A.
Seperti biasa, saya memilih menggunakan taksi online untuk menumpang ke hotel di dalam kota Jakarta. Maklum saja, saat itu memang harus cepat ke hotel untuk berganti pakaian.
Soalnya, acara yang harus saya ikuti tinggal beberapa jam lagi dimulai. Sesuai dengan perhitungan saya, jika tidak macet parah, acara itu dapat saya ikuti dari awal.
Tanpa menunggu lama, HP yang ada ditangan langsung dibuka untuk mencari aplikasi taksi online yang telah lama saya download. Disitu ada dua aplikasi namun, saya memilih yang paling favorit dan kerap aku gunakan.
Sambil mengutak-atik HP menunggu driver taksi online, saya kemudian berjalan keluar dari bandara menuju ke halte terminal 1A. Biasanya, paling mudah menunggu driver karena disamping halte ada mushallah sehingga mudah didapat oleh para driver.
Tidak lama, chat aplikasi taksi onlineku berbunyi dan mengkonfirmasi salah seorang driver. Sang driver pun menyapa dengan sopan dari balik chat.
Namun tak lama, ia mengkonfirmasi bahwa dia menggunakan mobil yang tidak sama dengan yang tertera dalam aplikasi tersebut. Sebagai seorang jurnalis, ada sedikit kecurigaan dalam benak saya.
Apalagi, saya sering mewanti-wanti keluarga untuk menolak atau tidak sama sekali menggunakan taksi online yang drivernya tidak sama dengan datanya di dalam aplikasi.
Dalam pikiran saya, bagaimana jika nanti terjadi sesuatu terhadap saya di jalan, dan tentunya tidak akan bisa terlacak karena data yang tertera tidak sama. Namun, pikiran itu saya hilangkan dan akhirnya driver juga sudah tiba di lokasi penjemputan.
Drivernya seorang anak muda dengan kulit yang agak putih dan bersih. Usia sekira 22 tahun dengan tampilan yang sederhana.
Memang betul, data yang tertera dalam aplikasi tidak sama dengan data mobil dan person si driver. Awalnya agak curiga sih…Tapi saya mencoba untuk tetap tenang dan mencari tahu kenapa data tersebut tidak sama.
Sang driver terlihat ramah dan supel. Bahkan dari mulai jalan, dia terkesan friendly dan selalu mengajak berbincang.
Selang lima menit, sang driver meminta saya untuk melakukan cancel terhadap order saya di aplikasi. Wah saya kaget dong, kenapa harus dicancel padahal kita sudah jalan.
Ia kemudian mengatakan, bahwa akun itu adalah akun temannya yang dia ambil. Menurutnya, akun tersebut tetap bisa digunakan mesti tidak lagi bisa mendapatkan income. Soalnya, sang pemilik akun tidak membayar kewajiban atas aplikasi yang pernah bermasalah. (Sebenarnya saya masih pusing dengan penjelasannya).
Bisa dibilang ini adalah akun asli tapi palsu. Anyway… saya tetap mendengarkan dan sedikit mau tahu dengan kondisi-kondisi seperti itu. Sang driver yang ternyata masih kuliah di salah satu universitas swasta di Jakarta itu kemudian menyampaikan bahwa itu hal biasa.
Teman-temannya yang sesama driver bahkan memiliki 10 akun. Dengan begitu, mereka bisa mendapat peluang untuk mendapatkan orderan. Menurut sang driver ini, yang mereka kejar adalah uang cash bukan bonus.
Menurutnya lagi, penggunaan akun asli tapi palsu bukan barang baru di kalangan driver. Mereka sengaja membuat dan mendapatkan banyak akun untuk mengejar profit uang tunai.
Sehingga, tidak jarang dari mereka sengaja membatalkan orderan yang menggunakan bonus atau nilai cash yang sedikit. Apakah tidak takut jika disuspend? Menurut sang driver tidak masalah karena masih memiliki akun lainnya dan bisa membuat akun baru lagi.
Sang driver yang mobilnya saya tumpangi sendiri mengaku punya tiga akun. Semuanya aktif dan bisa digunakan untuk meraup untung besar.
Saya mengutip kata-kata sang driver, bahwa di taksi online memang banyak driver yang sengaja “merampok”. Yakni dengan membuat atau mendapatkan akun sebanyak-banyaknya.
Untuk membuat akun, mereka menggunakan data keluarga, teman, atau orang lain yang bisa diajak kerjasama. Tentunya, tetap harus mengurus Surat Keterangan Catatan Kriminal (SKCK), dan persyaratan formal lainnya.
Wah ternyata, banyak driver yang menggunakan akun palsu dalam beroperasi. Pantas saja, belakangan ini banyak peristiwa kriminal yang diduga dilakukan olek oknum taksi online. Masalahnya, akan sangat sulit terdeteksi jika pelaku menggunakan akun palsu.
Hal inilah yang perlu diwaspadai karena bisa saja dinmanfaatkan pelaku kriminal lainnya untuk memuluskan aksi kejahatannya. Apalagi, memang ada celah untuk melakukan hal tersebut dengan menggunakan akun palsu atau akun orang lain.
By The Way, driver yang saya tumpangi orangnya baik dan supel. Bahkan selama perjalanan, dia curhat tentang dirinya dan pengalamannya. Bahkan dia sempat galau saat menceritakan kehidupan percintaannya yang sampai saat ini belum move on..!
Hal ini tentunya menjadi pelajaran bagi penumpang untuk selalu berhati-hati menggunakan transportasi apapun termasuk taksi online. Melihat sudah banyak tindak kejahatan yang dilakukan oknum driver taksi online, membuat para calon penumpang untuk lebih berhati-hati memilih driver.
Saran saja, sebaiknya menggunakan taksi online yang data driver dan kendaraan sesuai yang tertera di aplikasi. Ini untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Kepada perusahaan taksi online, sebaiknya lebih selektif lagi dan memperketat administrasi untuk menghindari akun palsu. (*)
Comments