Warning: include(/home/herwinba/public_html/media/plugins/wordpress-seo/vendor/composer/../../src/integrations/xmlrpc.php): failed to open stream: No such file or directory in /home/herwinba/public_html/media/plugins/wordpress-seo/vendor/composer/ClassLoader.php on line 571

Warning: include(/home/herwinba/public_html/media/plugins/wordpress-seo/vendor/composer/../../src/integrations/xmlrpc.php): failed to open stream: No such file or directory in /home/herwinba/public_html/media/plugins/wordpress-seo/vendor/composer/ClassLoader.php on line 571

Warning: include(): Failed opening '/home/herwinba/public_html/media/plugins/wordpress-seo/vendor/composer/../../src/integrations/xmlrpc.php' for inclusion (include_path='.:/opt/alt/php74/usr/share/pear') in /home/herwinba/public_html/media/plugins/wordpress-seo/vendor/composer/ClassLoader.php on line 571
Mengunjungi Wisata Sejarah di Kota Tua Jakarta
blog single post
Berpose di depan bangunan utama Kota Tua Jakarta
Jalan - Jalan

Mengunjungi Wisata Sejarah di Kota Tua Jakarta

SUDAH pernah ke Kota Tua Jakarta? Kalau belum pernah, tempat ini sangat wajib kamu datangi karena menghadirkan wisata sejarah yang fenomenal.

Sekadar diketahui, Kota Tua Jakarta, juga dikenal dengan sebutan Batavia Lama. Tempat dimana sebuah wilayah kecil di Jakarta, yang memiliki luas 1,3 kilometer persegi melintasi Jakarta Utara dan Jakarta Barat.

Belum afdol jika kalian yang suka dengan traveling jika belum menginjakkan kaki di tempat ini. Tempat ini selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan. Baik dari dalam maupun luar negeri. Utamanya di akhir pekan, tempat ini dipenuhi ratusan hingga ribuan pengunjung.

Keunikannya, karena di tempat ini menyimpan sejarah kota Jakarta yang perlu untuk kamu ketahui. Di sini terdapat beberapa museum yang ramai dikunjungi. Antara lain, Kompleks Museum Fatahillah, Museum Bank Indonesia dan Museum Bank Mandiri.

Banyak hal yang menarik yang bisa kita jumpai di tempat ini. Seperti deretan manusia patung khas Kota Tua, ondel-ondel, serta perempuan cantik yang berpakaian serba anggun. Kalian bisa berfoto bersama mereka.

Tidak hanya itu saja, di sepanjang area tersebut ada pula para pembuat tato temporer dan permanen, pelukis dengan hasil gambar berwarna hitam dan putih. Dan yang palik menarik adalah jasa penyewaan sepeda.

Jasa penyewaan sepeda di area terbuka kompleks Museum Fatahillah memasang tarif Rp 20.000 untuk 30 menit. Banyak dari pengunjung tempat ini antusias untuk bersepeda berkeliling kota tua. Mereka berputar-putar mengelilingi kompleks seakan kembali ke tahun 1900-an.

Saya berkesempatan berkelilingi di kota tua dan masuk di beberapa museum. Bangunan-bangunan di kompleks ini pun membuat saya tergakum-kagum. Soalnya masih mempertahankan arsitektur zaman kolonial.

Bahkan, ada kita juga bisa melihat patung meriam di tempat ini. Benar-benar kembali ke zaman awal abad 21.

Sedikit sejarah tentang kota tua…! Tahun 1526, Fatahillah, dikirim oleh Kesultanan Demak, menyerang pelabuhan Sunda Kelapa di kerajaan Hindu Pajajaran, kemudian dinamai Jayakarta. Kota ini hanya seluas 15 hektare dan memiliki tata kota pelabuhan tradisional Jawa.

Pada Tahun 1619, VOC menghancurkan Jayakarta di bawah komando Jan Pieterszoon Coen. Satu tahun kemudian, VOC membangun kota baru bernama Batavia untuk menghormati Batavieren, leluhur bangsa Belanda. Kota ini terpusat di sekitar tepi timur Sungai Ciliwung, saat ini Lapangan Fatahillah.

Penduduk Batavia disebut “Batavianen”, kemudian dikenal sebagai suku “Betawi”, terdiri dari etnis kreol yang merupakan keturunan dari berbagai etnis yang menghuni Batavia.

Tahun 1635, kota ini meluas hingga tepi barat Sungai Ciliwung, di reruntuhan bekas Jayakarta. Kota ini dirancang dengan gaya Belanda Eropa lengkap dengan benteng (Kasteel Batavia), dinding kota, dan kanal. Kota ini diatur dalam beberapa blok yang dipisahkan oleh kanal. Kota Batavia selesai dibangun tahun 1650. Batavia kemudian menjadi kantor pusat VOC di Hindia Timur.

Kanal-kanal diisi karena munculnya wabah tropis di dalam dinding kota karena sanitasi buruk. Kota ini mulai meluas ke selatan setelah epidemi tahun 1835 dan 1870 mendorong banyak orang keluar dari kota sempit itu menuju wilayah Weltevreden (sekarang daerah di sekitar Lapangan Merdeka). Batavia kemudian menjadi pusat administratif Hindia Timur Belanda. Tahun 1942, selama pendudukan Jepang, Batavia berganti nama menjadi Jakarta dan masih berperan sebagai ibu kota Indonesia sampai sekarang.

Tahun 1972, Gubernur Jakarta, Ali Sadikin, mengeluarkan dekret yang resmi menjadikan Kota Tua sebagai situs warisan. Keputusan gubernur ini ditujukan untuk melindungi sejarah arsitektur kota — atau setidaknya bangunan yang masih tersisa di sana.

Meski dekret Gubernur dikeluarkan, Kota Tua tetap terabaikan. Banyak warga yang menyambut hangat dekret ini, tetapi tidak banyak yang dilakukan untuk melindungi warisan era kolonial Belanda.

Adapun tempat bersejarah di kota tua, yakni :

– Gedung Arsip Nasional
– Gedung Chandranaya
– Vihara Jin De Yuan (Vihara Dharma Bhakti)
– Petak Sembilan
– Pecinan Glodok dan Pinangsia
– Gereja Sion
– Tugu Jam Kota Tua Jakarta
-Stasiun Jakarta Kota
– Museum Bank Mandiri
– Museum Bank Indonesia
– Standard-Chartered Bank
– Kota’s Pub
– VG Pub Kota
– Toko Merah
– Cafe Batavia
– Museum Sejarah Jakarta atau Museum Fatahillah (bekas Balai Kota Batavia)
– Museum Seni Rupa dan Keramik (bekas Pengadilan Batavia)
– Lapangan Fatahillah
– Replika Sumur Batavia
-Museum Wayang
– Kali Besar (Grootegracht)
– Hotel Former
– Nieuws van de Dag
– Gedung Dasaad Musin
– Jembatan Tarik Kota Intan
– Galangan VOC
– Menara Syahbandar
– Museum Bahari
– Pasar Ikan
– Pelabuhan Sunda Kelapa
– Masjid Luar Batang

Tertarik untuk datang ke kota tua Jakarta? Buruan, kalian pasti tidak akan menyesal…!!

Comments